Archive for the ‘In Bahasa Indonesia’ Category
Citizen Journalism: Meningkatkan Demokrasi Kerakyatan
“Dulu saya bawa parang, sekarang bawa HP,” kata Adrianus Adam Tekot, Kepala Adat Dayak Kanayatn atau Timanggung Binua Sui Manur, Dusun Ampaning, Desa Sungai Enau, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, ketika bercerita mengenai saat komunitas adatnya mengokupasi kawasan pembibitan PT Bumi Pratama Khatulistiwa (BPK).
Adrianus dan warga adatnya sudah sejak 1998 menuntut keadilan setelah lahan milik adat seluas 459,21 hektar “diambil” dengan mengganti Rp 175.000 per hektar dan dijadikan lahan kebun sawit PT BPK. Demo, melobi, dan berbagai perlawanan Adrianus dan warga adatnya lebih dari 10 tahun tidak membuahkan hasil.
Tahun 2011, RuaiTV (http://ruai.tv/) membuat model citizen journalisme. Adrianus dan warga Ampaning mengikuti pelatihan dua hari agar bisa melapor ke RuaiTV melalui RuaiSMS. Singkat cerita, awal tahun 2012, PT BPK memberikan hak berupa lahan plasma bagi warga sekitar lahan perkebunan PT BPK yang ingin berkebun dan uang ganti kepada keluarga yang tidak ingin berkebun.
“Sudah berkali-kali panen. Panenan di atas 100 ton per bulan. Sudah dua tahun dikelola kelompok tani Dian Kasih dan Batuah Raya,” cerita Adrianus, di awal 2019. Adrianus cerita dua kelompok tani mengelola lahan plasma sawit seluas 98,25 ha yang mulai ditanam tahun 2012. Satu hektar bisa menghasilkan uang Rp 300.000 – Rp 500.000, kata Adrianus.
Cerita Adrianus itu adalah cerita keberhasilan program citizen journalism RuaiTV di Kalbar.
Citizen Journalists
Istilah citizen journalism – kebanyakan media menjerjemahkannya menjadi jurnalisme warga – sudah umum digunakan terutama oleh media-media arus utama. Harian Kompas punya Kompasiana (, Tempo punya Indonesiana, kelompok media daerah Grup Kompas Gramedia – Tribun – punya artikel citizen reporter (http://www.tribunnews.com/tribunners/2010/05/21/berbagi-info-di-citizen-reporter). Istilah citizen journalism mulai muncul ketika teknologi informasi maju pesat, sehingga siapa pun bisa menyebarkan informasi – atau “berita.” Stasiun televisi juga punya program citizen journalism.
Bahkan, para blogger – penulis yang mempublikasikan sendiri tulisan mereka di Internet – juga menyebut diri mereka sebagai citizen journalist.
Pertanyaannya, bagaimana konsumen media mengonsumsi produk yang dilabel sebagai produk citizen journalism?
Kalau menyimak produk “jurnalis warga” media arus utama – institusi media yang punya otoritas menghasilkan berita – produknya adalah yang diproduksi oleh warga biasa, diedit oleh editor – termasuk berita video di stasiun televisi. Sebagian besar isinya bias. Media arus utama melihat model “jurnalis warga” adalah content gratis dan upaya merangkul pelanggan.
Model citizen journalism yang dikembangkan RuaiTV – dan kemudian oleh Tempo (TempoSMS – https://indonesiana.tempo.co/kanal/temposms/), berbeda.
Model citizen journalism RuaiSMS dan TempoSMS berawal dari keresahan praktik umum media arus utama. Media arus utama hanya melayani kurang lebih 30% populasi di puncak piramida sosial penduduk. Media arus utama hanya melayani mereka yang memiliki daya beli tinggi, mereka yang tinggal di kota-kota. Praktik “jurnalisme warga” media arus utama juga nyatanya melayani mereka yang berada di puncak piramida sosial penduduk.
Mereka yang berada di dasar piramida – mereka yang miskin, tinggal jauh dari hiruk-pikuk kota besar, mereka yang tinggal di desa-desa dekat hutan, masyarakat adat yang termarjinal dari tanah adat mereka sendiri seperti Adrianus – tidak pernah menjadi target sasaran mereka. Mereka yang di dasar piramida juga tidak pernah mengonsumsi produk media arus utama. RuaiTV dan Tempo membuka akses kepada mereka yang termarjinalisasi oleh media arus utama.
Demokrasi Kerakyatan
Fackson Banda (2010) – dari hasil penelitiannya mengenai praktik citizen journalism di Afrika – melihat media harus memahami kalau citizen journalism memiliki nilai demokrasi. Banda mengevaluasi praktik citizen journalism dengan melihat apakah responden melihat kalau citizen journalism meningkatkan aspek demokrasi kerakyatan (democratic citizenship).
Ada tujuh aspek demokrasi kerakyatan (aspects of democratic citizenship) yaitu:
- Ownership of communication channels – kepemilikan saluran komunikasi
- civic participation – partisipasi warganegara
- power to hold public officials to transparency and accountability – kekuatan memaksa pelayan publik menjadi transparan dan bertanggung jawab
- Access and accessibility – akses dan aksesibilitas – misalnya perempuan tidak memiliki akses Internet yang cukup dibandingkan laki-laki
- Deliberation or thoughtful debate among citizens – musyawarah atau perdebatan yang bijaksana antar-warga
- Decision-making or action by citizen – pengambilan keputusan atau aksi oleh warga, misalnya pengambilan suara dari hasil debat
- Interactivity – interaktivitas – apakah interaktivitas antar-warga sebagai individu maupun dengan lembaga (pemerintah atau korporat)
Model citizen journaism RuaiSMS dan TempoSMS mencoba meningkatkan tujuh aspek demokrasi kerakyatan – mencoba mengembalikan demokrasi pada rakyat. Contohnya, mereka yang sudah dilatih oleh RuaiSMS maupun TempoSMS (pelatihan sebagai syarat bisa mengirim informasi ke RuaiSMS atau TempoSMS), bisa memanfaatkan saluran komunikasi atau mereka memiliki saluran komunikasi ke RuaiTV atau Tempo (aspek no 1).
RuaiSMS dan TempoSMS menjadi ajang partisipasi warga (aspek no 2).
Adrianus membuktikan dengan memiliki saluran komunikasi dan bisa melaporkan ke RuaiSMS, dia memiliki kekuatan memaksa pemda dan PT BPK menjadi transparan dan bertanggung jawab mengikuti ketentuan hukum (aspek no 3). Media memiliki kekuatan atau power, ketika terhubung dengan RuaiTV Adrianus bisa mengakses power itu untuk memaksa pemda dan perusahaan transparan dan bertanggung jawab.
Saat Adrianus melapor ke RuaiSMS dan laporan Adrianus muncul di news-ticker layar TV, SMS dari Adrianus juga diterima para pejabat di Kalbar, dampaknya memunculkan laporan Adrianus mendapat perhatian dari para pejabat pemda di Kalbar. Ketika terhubung ke media, Adrianus memiliki akses ketemu dengan petinggi PT BPK atau Pemda Kalbar (aspek no 4). Adrianus bisa bernegosiasi dengan manajemen PT BPK, menuntut haknya.
RuaiSMS juga memunculkan perdebatan di antara warga yang berkepentingan akan kasus yang diangkat Adrianus, memunculkan musyawarah (aspek no 5) dan keputusan sesuai dengan keinginan dan hak Adrianus dan kelompok adat yang dipimpinnya (aspek no 6 dan no 7) yaitu meminta hak mereka akan lahan adat menjadi lahan plasma.
Setelah publik mengetahui kalau Adrianus itu menjadi “bagian” dari RuaiTV, mendorong warga lainnya terbuka. Adrianus mudah berhubungan dengan para pejabat di daerah. Suara Adrianus dan kelompoknya terdengar dan didengar. Warga yang terabaikan menjadi ter-empower oleh media.
Harusnya praktik citizen journalism – apa pun terjemahannya dalam bahasa Indonesia – meningkatkan aspek demokrasi kerakyatan. Ketika praktik citizen journalism memenuhi persyaratan yang diajukan Banda, terjemahan yang tepat adalah “jurnalisme rakyat.”
Referensi:
- Banda, Fackson. 2010. Citizen Journalism & Democracy in Africa: An Exploratory Study. Grahamstown: Highway Africa
- New Mobile SMS Service Helps Indonesian Villagers Hold Company Accountable – https://www.icfj.org/news/new-mobile-sms-service-helps-indonesian-villagers-hold-company-accountable
- Berjuang dengan Senjata SMS – https://communitymedia4change.wordpress.com/2013/01/22/berjuang-dengan-senjata-sms/
Plastik Mikro: Ancaman Tidak Kasat Mata
Alexander Parks tidak membayangkan kalau yang namanya plastik merasuk ke setiap hidup manusia di dunia saat pertama kali tahun 1862 ia memperkenalkan cellulose nitrate dengan nama dagang Parkesine. Temuan Parks itu menjadi pembuka jalan berbagai jenis plastik dengan berbagai fungsi.
Plastik adalah bahan atau material terbuat dari bahan organik sintetis atau semisintetis yang bisa dibentuk atau dicetak menjadi berbagai macam benda bersifat lunak, elastik, atau rigid. International Union of Pure and Applied Chemistry mendefinisikan plastik sebagai istilah umum yang digunakan untuk bahan polimerik (polymeric) yang mengandung substansi lain untuk meningkatkan performa dan/atau mengurangi biaya.
Kata plastic berasal dari kata Yunani plastikos – yang bermakna “bisa dibentuk” – dan plastos – yang bermakna “dicetak.” Kemudian diserap ke dalam bahasa Latin menjadi plasticus – bisa dicetak dan dibentuk dan bahasa Perancis plastique. Karakteristik plastik – antara lain mudah dibuat, biaya murah, tahan air, tahan bahan kimia, tahan temperatur, dan cahaya – membuat plastik sangat ideal menggantikan bahan-bahan lain seperti kayu, kertas, batu, kulit, logam, beling, dan keramik.
Sekarang hidup manusia penuh dengan materi plastik. Berbagai piranti kerja – komputer dan keyboard-nya, ballpoint, printer, bahkan pesawat ruang angkasa – terbuat dari plastik. Tekstil, sabuk, sepatu, kancing baju, hingga kosmetik mengandung unsur plastik. Hidup manusia dikelilingi plastik.
Hampir semua kemasan terbuat dari plastik atau ada unsur plastiknya. Lemper ayam di bagian paling luar dibungkus plastik. Setelah itu ada bungkus kertas, selanjutnya bungkus plastik, dan terakhir baru daun pisang. Alat makan – sendok-garpu, gelas, piring – terbuat dari plastik. Air minum dikemas dalam botol plastik.
Produksi air minum dalam kemasan tahun 2017, menurut Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) seperti dilaporkan Kontan, 27 miliar liter. Sebanyak 60% (16,2 miliar liter) dalam bentuk kemasan galon dan 40% (10,8 miliar liter) dalam botol. Kalau dikonversi tahun 2017 terjual 1 miliar galon air dan (jika botol air kapasitas 750 mililiter) 14,4 miliar botol. Angka perhitungan sederhana itu baru data air putih, tidak termasuk minuman dalam kemasan lainnya. Ke mana perginya botol plastik itu setelah diminum isinya?
Seperti dilaporkan di Science Advance 19 Juli 2017, para ahli memperkirakan hanya 9% dari sampah plastik didaur ulang, 12% dibakar, dan 79% berakhir di tempat pembuangan akhir atau di alam. Angka-angka itu data global. Seandainya data di Indonesia sama dengan data global, berarti ada sekitar 11,4 miliar botol plastik berakhir di tempat pembuangan akhir, di sungai, di laut dan di berbagai sudut alam Indonesia.
Para peneliti menghitung hingga tahun 2015, manusia telah memproduksi 8,3 miliar ton plastik dan 6,3 miliar ton menjadi sampah. Jika tingkat produksi saat ini berlanjut, mereka memperkirakan tahun 2050 manusia menghasilkan 12 miliar ton sampah plastik. Dua belas miliar ton itu sama beratnya dengan gedung Empire State di Amerika setinggi 443 meter itu.
Botol plastik, kantong plastik kresek, plastik transparan pembungkus dan berbagai produk terbuat dari plastik setelah menjadi sampah plastik makro dan meso, masih terlihat mata telanjang. Kekhawatiran besar saat ini adalah plastik ukuran mikro atau plastik mikro (diameter kurang dari 5 mm) dan plastik nano (diameter kurang dari 100 nanometer). Satu milimeter sama dengan 1.000 mikrometer atau 1 juta nanometer.
Tabel 1. Berbagai jenis plastik dan pemanfaatannya
Jenis plastik | Pemanfaatannya |
Low-density polyethylene (LDPE) | Packaging, general purpose container, shower curtains, floor tiles |
Polyethylene (PE) | Supermarket bags, plastic bottles |
High-density polyethylene (HDPE) | Milk containers, detergent bottles, tubing |
Polystyrene (PS) | Packaging foam, disposable cups, food containers, CDs, building materials |
High impact polystyrene (HIPS) | Electronics, cups in vending machines, refrigerator liners |
Polyvinyl chloride (PVC) | Pipes, window frames, flooring, shower curtain |
Polypropylene (PP) | Packaging, bottle caps, ropes, carpets, laboratory equipment, drinking straws |
Polyamides (PA = nylons) | Textiles, toothbrush bristles, fishing lines, automotive |
Acrylonitrile butadiene styrene (ABS) | Musical instruments, printers, computer monitors, drainage pipes, protected equipment |
Polycarbonate (PC) | CDs, DVDs, construction materials, electronics, lenses |
Polyester (PES) | Textiles |
Polyethylene terephthalate (PET) | Soft drink bottles, food packaging, thermal insulation, blister packs |
Sumber dari buku: “Characterization and Analysis of Microplastics” tahun 2017 oleh Teresa A.P. Rocha-Santos, Armando C. Duarte (editors)
Bulan Maret 2018, Orb Media bersama 12 media di dunia, termasuk Tempo, melaporkan air dalam kemasan botol plastik mengandung plastik mikro. Peneliti dari State University of New York di Fredonia menguji 259 air dalam kemasan botol plastik dari 11 merek di dunia. Mereka menemukan 93% sampel mengandung plastik mikro, termasuk produk dari Indonesia.
Tempo melaporkan peneliti dari New York menguji 30 sampel botol Aqua yang dibeli di Jakarta, Bali, dan Medan. Para peneliti menemukan rata-rata setiap sampel air botolan produk Aqua mengandung 382 partikel plastik mikro per liter. Plastik mikro itu berukuran 6,5 mikrometer (seukuran sel darah merah) hingga paling besar 100 mikrometer (sama dengan diameter rambut manusia). Jumlah plastik mikro dari satu sampel paling banyak 10.390 partikel per liternya.
Tempo bermitra dengan laboratorium kimia Universitas Indonesia – selain Aqua – menguji juga air dalam kemasan botol plastik lain yaitu Le Minerale dan Club. Sembilan air dalam kemasan botol plastik volume 600 ml dibeli di minimarket, kios-kios kecil, dan pedagang pinggir jalan. Hasilnya, sampel-sampel itu mengandung plastik mikro berukuran paling kecil 11 mikrometer hingga 247 mikrometer. Partikel paling kecil berukuran 8 mikrometer, lebih kecil dari ukuran sel darah.
Hasil riset Tempo menunjukkan plastik mikro mencemari juga air keran di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Selatan dan Bekasi. Dari 21 sampel (satu sampel rata-rata 500 mililiter) dari air keran di lima kota, 76% terkontaminasi plastik mikro. Dari pengakuan sebagian besar responden yang diambil air kerannya, meminum air itu.
Plastik mikro
Plastik mikro adalah partikel plastik berukuran milimeter atau lebih kecil dari 5 mm. Beberapa peneliti mengkategorikan plastik mikro berukuran lebih kecil dari 1 mm, atau lebih kecil dari 2 mm, atau antara 2-6 mm, dan kurang dari 10 mm. Plastik mikro dijuluki juga sebagai “air mata duyung” karena ukurannya dan warna-warninya.
Dari mana asal plastik mikro ini? Plastik mikro dibagi menjadi dua yaitu plastik mikro primer dan sekunder. Plastik mikro primer adalah plastik yang memang diproduksi dengan ukuran milimeteran atau lebih kecil lagi. Plastik mikro primer ini digunakan dalam pasta gigi, pembersih wajah, berbagai jenis krim, maupun obat. Produk mengandung plastik mikro ini setelah digunakan akan terbuang ke saluran air limbah.
Plastik mikro sekunder berasal dari materi plastik lebih besar yang terpecah atau terpotong-potong menjadi ukuran lebih kecil. Terpotong atau terpecah karena proses fisik, biologi, maupun kimia. Sumber plastik mikro sekunder ini dari tekstil atau pakaian saat dicuci.
Plastik ukuran mikro ini bukan hanya ada di tanah atau di laut atau di sungai atau di sumber-sumber air, plastik mikro ini ada di udara, seperti penelitian Joana Correia Prata dari University Fernando Pessoa, Portugal. Karena ukurannya yang kecil, butir-butir plastik ini bisa masuk ke saluran pernafasan dan akan berdampak pada kesehatan. Joana meneliti partikel plastik di Kota Paris.
Plastik mikro primer terutama berasal dari kosmetik. Tanpa sadar – karena ketidaktahuan – konsumen membeli dan menggunakan kosmetik mengandung plastik mikro. Konsumen tidak membayangkan apa yang akan terjadi saat plastik mikro dari kosmetik terbuang ke saluran air dan kembali ke konsumen saat meminum air kemasan dalam botol.
Plastic Soup Foundation (organisasi nirlaba dari Belanda) dan Lembaga PBB UNEP – United Nations Environmental Programme – melalui program kampanye “Beat the Micro Bead” menyajikan daftar produk-produk kosmetik yang mengandung plastik mikro dan yang tidak. Program global ini secara acak menguji produk-produk kosmetik apakah mengandung plastik mikro atau tidak.
Tabel 2. Daftar Produk Kosmetik di Indonesia yang Mengandung Plastik Mikro
Scrubs/Peelings | |||
Brand/Concern | Producer | Product Name | Ingredient |
Biore | Kao | Body Foam Whitening | Polyethylene (PE) |
Cottage | – | Caramel Exfoliating Shower Gel with Sugar | Polyethylene (PE) |
Cottage | – | Vanilla Gentle Exfoliatin Shower Gel | Polyethylene (PE) |
Garnier | L’Oreal | Men’s 12-in-1 AcnoFight Scrub in Foam | Polyethylene (PE) |
Herbolist | – | Lulur Tradisional Bali (all variant) | Polyethylene (PE) |
Himalaya Herbals | – | Gentle Exfoliating Daily Face Wash | Polyethylene (PE) |
Himalaya Herbals | – | Purifying Neem Face Wash | Polyethylene (PE) |
Iria | – | Iria Goat’s Milk Whitening Body Scrub (all variant) | Polyethylene (PE) |
L’Affair | – | Seaweed Shower Scrub Whitening | Polyethylene (PE) |
L’Affair | – | Apricot Shower Scrub Whitening | Polyethylene (PE) |
L’Affair | – | Green Tea Shower Scrub Whitening | Polyethylene (PE) |
Mustika Ratu | – | Jasmine Melati Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Mustika Ratu | – | Coffee Kopi Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Mustika Ratu | – | Rose Mawar Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Body Butter Coconut Scrub | Polyacrylate |
Purbasari | – | Lulur Mandi Susu | Polyethylene (PE) |
Purbasari | – | Lulur Mandi Aromatherapy (all variant) | Polyethylene (PE) |
Sariayu | – | Eksotika Tanjung Tanjung Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Sariayu | – | Putih Langsat Lulur Spa 2 in 1 | Polyethylene (PE) |
Satto | – | Body Scrub Enriched with Orange Whitening | Polyethylene (PE) |
Satto | – | Body Scrub Enriched with Vitamin C Whitening | Polyethylene (PE) |
Secret Clean | – | Banana Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Secret Clean | – | Mango Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Shinzu’i | – | Shinzu’I Skin Lightening Body Scrub (all variant) | Polyethylene (PE) |
Sumber Ayu | – | Lulur Mandi (all variant) | Polyethylene (PE) |
Taman Sari | – | Papaya Enzime Series Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Taman Sari | – | Foot Series Foot Scrub | Polyethylene (PE) |
Trustee | – | Sulfur Soap Plus | Polyethylene (PE) |
Vienna | – | Whitening Body Scrub Chocolate Spa Nourishing | Polyethylene (PE) |
Vienna | – | Whitening Goat’s Milk Body Scrub Lulur Susu Kambing (all variant) | Polyethylene (PE) |
Viva | – | Lulur Mandi (all variant) | Polyethylene (PE) |
Vivelle | – | Lulur Mandi Body Scrub (all variant) | Polyethylene (PE) |
Wardah | – | Wardah Facial Scrub pH Balance | Polyethylene (PE) |
Wardah | – | Wardah Peeling Cream | Polyethylene (PE) |
Watsons | – | Naturals by Watson Olive Body Scrub | Polyethylene (PE) |
Facial Cleanser | |||
Acnes | – | Natural Care Deep Pore Cleanser Facewash | Polyethylene (PE) |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Fruit Essentials with Bursting Beads | Polyethylene (PE) |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Deep Action Daily Pore Cleanser | Polyethylene (PE) |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Active Clear Acne Marks Cleanser | Polyethylene (PE) |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Clean Fairness Cleanser | Polyethylene (PE) |
Himalaya Herbals | – | Clear Complexion Whitening Face Wash | Polyethylene (PE) |
Showe/Bath | |||
Cempaka | – | Cempaka Bali Spa Collection (all variant) | Polyethylene (PE) |
Giv | Wings Indonesia | White Fine Fragrance Body Wash | Polyethylene (PE); Polyethylene/Acrylate copolymer |
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Men’s Deep Clean Shower Gel | Polystyrene/Acrylate copolymer |
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Body Butter Peppermint Crush Exfoliating Body Wash | Polyacrylate |
Toothpaste | |||
Colgate | Colgate-Palmolive Company | Triple Action Original Mint | Polyethylene-glycol |
Colgate | Colgate-Palmolive Company | Max Fresh Cool Mint with Mini Breath Strips | Polyethylene-glycol |
Tabel 3. Daftar Produk Kosmetik yang Selam ini Masih Mengandung Plastik Mikro
Scrubs/Peelings | |||
Brand/Concern | Producer | Product Name | Ingredient |
Pond’s | Unilever | Pond’s No Blackheads Deep Cleansing Facial Scrub | Polyethylene (PE) |
Pond’s | Unilever | Pond’s Men White Boost Face Scrub | Polyethylene (PE) |
Pond’s | Unilever | Pond’s Clear Solutions Anti-Bakterial Facial Scrub | Polyethylene (PE) |
Yves Rocher | Yves Rocher | Yves Rocher Exfoliant Corps Body Exfoliant (all variant) | Polyethylene (PE) |
Facial Cleanser | |||
Citra | Unilever | Citra Hazeline Spotless White Glow Facial Foam | Polyethylene (PE) |
L’Oreal | L’Oreal | Man | Polyethylene (PE) |
L’Oreal Men Expert | L’Oreal | Pure & Matte Charcoal Black Scrub Deep Action | Polyethylene (PE) |
Olay | Procter & Gamble | White Radiance Purifying Foaming Cleanser | Polyethylene (PE) |
Pond’s | Unilever | Pond’s White Beauty Sund Dullness Removal Daily Facial Scrub | Polyethylene (PE) |
Pond’s | Unilever | Pond’s Oil Control Skin Mattifying Facial Foam | Polyethylene (PE) |
Pond’s | Unilever | Pond’s Acne Clear White | Polyethylene (PE) |
Vaseline | Unilever | Vaseline MENface Antispot Whitening Face Wash Anti-Aging | Polyethylene (PE) |
Vaseline | Unilever | Vaseline MENface Antispot Whitening Face Wash Anti-Acne | Polyethylene (PE) |
Vaseline | Unilever | Vaseline MENface Antispot Whitening Face Wash Anti-Dullness | Polyethylene (PE) |
Tabel 4. Produk Kosmetik yang Tidak Mengandung Plastik Mikro
Scrubs/Peelings | |||
Brand/Concern | Producer | Product Name | Zero |
B&N | – | Pomegranate Essence Face & Body Scrub | |
Bali Alus | – | Traditional Spa Essential Scrub with VCO (all variant) | |
Bali Alus | – | Traditional Balinese Body Scrub | |
Biore | Kao | Biore Facial Foam Double Scrub Bright | |
Dewi Sri Spa | – | Whitening Body Scrub | |
Dewi Sri Spa | Body Contour Body Scrub | ||
Dewi Sri Spa | Reviving Body Scrub | ||
Hada Labo | – | Tamagohada Mild Peeling Make-Up Remover Face Wash | |
Mustika Ratu | – | Bengkoang Whitenning Lulur Krem Body Scrub | |
Nivea | Beiersdorf | Nivea Men Oil Control Face Scrub | |
Original Source | Cussons | Body Butter Vanilla and Raspberry | |
Original Source | Cussons | Body Butter British Strawberry | |
Original Source | Cussons | Super Scrub Mint and Walnut | |
Ovale | – | Lulur Bali (Milk, Honey Coconut, Bengkoang) | |
Pixy | Mandom Beauty | Facial Foam Anti-Acne | |
Pixy | Mandom Beauty | Facial Foam Matte & Bright | |
Pixy | Mandom Beauty | Facial Foam Brightening | |
Pond’s | Unilever | Pond’s White Beauty Naturals Gentle Exfoliating Foam | |
Ratu Mas | – | Lulur Kocok Seruni | |
Surya Brasil | Vedic Hindus Ind. Com. Imp e Exp. Ltda | Esfoliante corporal com casca de coco e buriti organico | |
The Body Shop | L’Oreal | Honeymania Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Coconut Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Cocoa Butter Cream Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Chocomania Sugar Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Spa Fit Smoothing Refining Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Shea Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Moringa Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Pink Grapefruit Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Mango Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Raspberry Body Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Africa Ximena Salt Scrub | |
The Body Shop | L’Oreal | Olive Body Scrub | |
Facial Cleanser | |||
Acnes | – | Natural Care Oil Control Facewash | |
Acnes | – | Natural Care Yogurt Touch Facewash | |
Acnes | – | Acnes Creamy Wash | |
Acnes | – | Natural Care Complete White Facewash | |
Biore | Kao | Biore Makeup Remover Daily Color Clear | |
Biore | Kao | Biore Facial Foam Glowing Bright | |
Biore | Kao | Biore Facial Foam Pore & Oil Clear | |
Biore | Kao | Biore Facial Foam Anti-Bacterial Bright | |
Biore | Kao | Men’s Facial Foam Acne Defence | |
Biore | Kao | Biore Facial Foam Acne Care | |
Caring Colours | – | Fair White Facial Foam | |
Cherrybelle | – | Cherrybelle Facial Foam | |
Citra | Unilever | Citra Pink Orchid Facial Foam | |
Citra | Unilever | Citra Hazeline Pearly White Facial Foam | |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Essentials Foaming Facial Wash | |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Deep Action Cleanser | |
Clean & Clear | Johnson & Johnson | Active Clear Acne Clearing Cleanser | |
Garnier | L’Oreal | Garnier Men Intensive Brightening Foam | |
Garnier | L’Oreal | Garnier Multi-Action Foam | |
Garnier | L’Oreal | Light Complete Multi-Action Brightening Foam | |
Garnier | L’Oreal | Duo Clean Whitening + Smoothening Foam | |
Garnier | L’Oreal | Sakura White Pinkish Radiance Gentle Foam | |
Garnier | L’Oreal | Duo Clearn Whitening + Oil Control Foam | |
Garnier | L’Oreal | Duo Clean Whitening + Pore Minimizing | |
Hada Labo | – | Gokujyun Ultimate Moisturizing Face Wash | |
JF | – | JF Mild Care Facial Wash | |
JF | – | JF Acne Care Facial Wash | |
Kracie Naïve | – | Kracie Naïve Facial Cleansing Foam (all variant) | |
L’Oreal | L’Oreal | Men Expert Hydra Energetic Skin Awekening ICY Cleansing Gel | |
L’Oreal Men Expert | L’Oreal | Pure & Matte Charcoal Black Foam Icy Effect | |
L’Oreal Men Expert | L’Oreal | Hydra Energetic Skin Awakening Icy Cleansing Gel | |
L’Oreal Men Expert | L’Oreal | White Active Bright + Oil Control White Foam | |
L’Oreal Men Expert | L’Oreal | Vita Lift Revitalising Foam | |
L’Oreal Men Expert | L’Oreal | White Active Total Skin Renewer Volcano Red Foam | |
Men’s Biore | Kao | Men’s Biore Double Scrub Facial Foam Cool Oil Clear | |
NBC | – | Acne Facial Foam | |
Nivea | Beiersdorf | Nivea Men Whitening Oil Control Recharge Facial Scrub | |
Nivea Men | Beiersdorf | Nivea Visage Sparkling White Whitening Foam | |
Nivea Men | Beiersdorf | Nivea Men Whitening Cooling Volcanic Mud Foam | |
Nivea Men | Beiersdorf | Nivea Men Advanced Whitening Anti Dark Spot Facial Foam | |
Nivea Men | Beiersdorf | Nivea Men Essentials Multi Protecting Foam | |
Nivea Men | Beiersdorf | Nivea Men Oil Control Acne Clear Facial Foam | |
Pigeon | – | Pigeon Facial Foam | |
Pond’s | Unilever | Pond’s Pure White Deep Cleansing Facial Foam | |
Pond’s | Unilever | Pond’s White Beauty Lightening Facial Foam | |
Pond’s | Unilever | Pond’s Flawless White Deep Whitening Facial Foam | |
Pond’s | Unilever | Pond’s Age Miracle Cell ReGEN Facial Foam | |
Pond’s Men | Unilever | Pond’s Men energy Charge Face Wash | |
Pond’s Men | Unilever | Pond’s Men Pollution Out All-in-One Deep Cleanser | |
Pond’s Men | Unilever | Pond’s Men Oil Control Face Wash | |
Sariayu | – | Busa Pembersih Jerawat Acne Care Facial Foam | |
Surya Brasil | Vedic Hindus Ind. Com. Imp e Exp. Ltda. | Esfoliante facial com casca de coco e buriti organico | |
Surya Brasil | Vedic Hindus Ind. Com. Imp e Exp. Ltda. | Esfoliante facial a base de hidratante vegetais | |
Surya Brasil | Vedic Hindus Ind. Com. Imp e Exp. Ltda. | Exfoliating shower gel with essential oil of the preciosa tree acai and essential organic oil | |
The Fuk | – | The Fuk Washing Cream 1 | |
Vaseline | Unilever | Vaseline MENface Antispot Whitening Face Wash Healthy White | |
Vaseline | Unilever | Vaseline MENface Antispot Whitening Face Wash Spot Removal | |
Vaseline | Unilever | Vaseline MENface Antispot Whitening Face Wash Oil Control | |
Verile | – | Acne Care Facial Wash | |
Wardah | – | Wardah Lightening Gentle Wash | |
pHisoHex | – | pHisoHex | |
Shower/Bath | |||
Biore | Kao | Biore Body Foam Daily Antiseptic Plus | |
Biore | Kao | Biore Body Foam Lively Refresh | |
Citra | Unilever | Citra Spotless White Body Wash | |
Citra | Unilever | Citra Lasting White Body Wash | |
Citra | Unilever | Citra Pearly White Body Wash | |
Dove | Unilever | Go Fresh Nourishing Body Wash | |
Dove | Unilever | Deeply Nourishing Nourishing Body Wash | |
Dream | – | Dream Honey & Shea Butter Body Wash | |
Lux | Unilever | Lux Magical Spell | |
Lux | Unilever | Lux Secret Bliss | |
Lux | Unilever | Lux Soft Touch | |
Lux | Unilever | Lux Velvet Touch | |
Lux | Unilever | Lux Aqua Sparkle | |
Lux | Unilever | Lux Fresh Splash | |
Nature | – | Nature White Skin Lightening Bodywash (all Variant) | |
Oilum | – | Oilum Collagen Body Wash | |
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Hydrating Sea Minerals With Moisture Beads Shower Gel | |
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Rich Moisture Milk & Honey Shower Milk | |
Shinzu’i | – | Shinzu’I skin Lightening Body Cleanser (all variant) | |
Surya Brasil | Vedic Hindus Ind. Com. Imp e Exp. Ltda. | Sabonete liquido shower gel | |
The Body Shop | L’Oreal | Satsuma Body Polish | |
The Body Shop | L’Oreal | Strawberry Body Polish | |
Watsons | – | Exfoliating Body Wash (all variant) | |
Toothpaste | |||
Colgate | Colgate-Palmolive | Maximum Cavity Protection | |
Enzim | – | Enzim Classic Mild | |
Pepsodent | Unilever | Pepsodent Pencegah Gigi Berlubang | |
Sensodyne | GlaxoSmithKline | Sensodyne Multi Action | |
Sensodyne | GlaxoSmithKline | Sensodyne Extra Fresh Repair & Protect | |
Sensodyne | GlaxoSmithKline | Sensodyne Cool Gel | |
Thipniyom | Thipniyom Co. | Herbal toothpaste | |
Diverse | |||
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Foaming Handwash Nourishing Fig & Coconut | |
Palmolive | Colgate-Palmolive Company | Crisp Green Apple Hand Sanitiser | |
Skincare | |||
Garnier | L’Oreal | Men Powerwhite Shaving + Cleansing Brightening Foam |
Dampak lingkungan
Belum ada penelitian apa dampak masuknya plastik mikro ke dalam tubuh manusia. Penelitian Joana Correia Prata dari University Fernando Pessoa, Portugal, mengenai partikel plastik mikro masih menduga akan ada dampak kesehatan kalau plastik mikro masuk ke dalam saluran pernafasan. Penelitian sebelumnya di Amerika menemukan serat plastik di dalam paru-paru manusia berukuran 250 mikrometer. Berarti ada kemungkinan manusia berisiko tinggi menghirup plastik mikro. Joana memperkirakan setiap orang yang berada di ruangan dengan konsentrasi tinggi plastik mikro dalam ruangan berisiko menghirup 26-130 plastik mikro per hari.
Lebih banyak penelitian dampak plastik mikro pada lingkungan perairan, mikroba dan satwa seperti dampak pada terumbu karang, berdampak pada embrio bulu babi, pada kerang laut, plastik mikro dari tekstil ditemukan pada seafood, berbagai macam ikan termasuk dalam tubuh ikan makarel (king mackerel). Di darat, plastik mikro ditemukan dalam tubuh cacing tanah (Lumbricus terrestris).
Banyak jalan masuk plastik mikro ke dalam tubuh manusia. Mencermati penelitian-penelitian plastik mikro, kemungkinan besar di dalam tubuh manusia Indonesia sudah ada plastik mikro. Paling tidak, siapa pun yang pernah meminum air dalam kemasan atau mengonsumsi seafood, berisiko kemasukan plastik mikro.
Kekhawatiran para ahli bukan plastik mikro yang berdampak pada kesehatan tapi “penumpang gelap” yang menempel pada partikel plastik mikro itu ikut masuk ke dalam tubuh. Mikro-organisme – termasuk mikro-organisme patogen penyebab penyakit – bisa menempel di plastik mikro.
Masalah limbah plastik – terutama plastik mikro – menjadi persoalan global. Koalisi organisasi nonpemerintah mendesak Uni Eropa melarang kosmetik dan produk perawatan tubuh lainnya yang mengandung plastik mikro (microbead). UNEP dalam UN Environment Assembly 2014 menyetujui resolusi Marine Plastic Debris and Microplastics yang juga didukung Indonesia.
Tahun 2015, UNEP – lembaga lingkungan PBB – mendesak agar melarang produk kosmetik dan produk perawatan tubuh mengandung plastik mikro, mengacu pada laporan UNEP mengenai risiko plastik mikro pada lingkungan. Desember 2017, lebih dari 193 negara menandatangani resolusi PBB untuk menghentikan sampah plastik yang terbuang di lautan. Kampanye CleanSeas UNEP telah diikuti oleh 80.620 individu dan perusahaan.
Kemudian, pada tahun yang sama Amerika Serikat menerbitkan peraturan The Microbead-Free Waters Act yang melarang memproduksi, mengemas, dan mendistribusikan kosmetik –termasuk pasta gigi – mengandung plastik microbeads yang tercuci (rinse-off). Selain AS, Kanada dan Selandia Baru juga memberlakukan larangan serupa. Inggris menyusul negara-negara maju memberlakukan larangan yang sama.
Swedia tahun 2017 memutuskan melarang penjualan kosmetik mengandung partikel microbead yang saat digunakan tercuci dan terbuang (rinse-off) dan akan mulai berlaku 1 Juli 2018. Langkah Swedia diikuti oleh negara Eropa lainnya yaitu Finlandia, Perancis, Iceland, Ireland, Luxemburg, Belanda dan Norwegia.
Sampah plastik ukuran besar dan ukuran mikro masih akan terus masuk ke dalam laut, sungai, dan sumber air tawar. UNEP sudah menegaskan plastik biodegradable bukan solusi mengatasi sampah plasti di laut dan di lingkungan terestrial. Indonesia pernah menyatakan berkomitmen mengurangi penggunaan kemasan plastik. Salah satu bukti komitmen adalah mengujicobakan kantong plastik berbayar. Desakan perusahaan ritel dan konsumen berhasil menghentikan program kantong plastik berbayar.
Undang-Undang No 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah Pasal 15 mewajibkan produsen “mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.” Di bagian Penjelasan UU No 18/2008 tertulis “Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.” UU sampah ini tidak spesifik mengenai sampah plastik.
Peraturan Pemerintah No 81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga – sebagai peraturan pelaksana UU No 18/2008 – menegaskan kembali kalau produsen wajib menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang (Pasal 13 Ayat 1c).
Produsen adalah pelaku usaha yang memproduksi barang yang menggunakan kemasan, mendistribusikan barang yang menggunakan kemasan dan berasal dari impor, atau menjual barang dengan menggunakan wadah yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Tidak mudah menyingkirkan produk-produk terbuat dari plastik kasat mata yang sudah merasuk kehidupan sehari-hari meskipun sudah ada UU Sampah. Sampah kemasan plastik kasat mata yang dengan mudah diidentifikasi sampah itu diproduksi siapa – seandainya UU Sampah dilaksanakan dengan tegas – sudah akan sulit ditemukan di tempat sampah atau di mana pun di Indonesia ini.
Sudah waktunya perusahaan yang memproduksi dan menjual produk berkemasan plastik menjalankan tanggung jawabnya menarik kembali sampah-sampah kemasannya. Konsumen dengan penuh kesadaran bisa mengirim kembali sampah kemasan ke produsennya. Sebagai individu, setiap orang sudah harus berpikir saat mengonsumsi “apakah produk ini menghasilkan sampah atau tidak.”
Pemerintah pusat maupun daerah sudah harus melaksanakan UU Sampah dan peraturan pemerintah turunannya. Untuk bisa mengurangi timbulan sampah, kebijakan iuran sampah rumah tangga sama-rata harus diubah. Iuran sampah harus dihitung berdasarkan banyaknya sampah yang dibuang oleh rumah tangga. Sehingga ada insentif bagi rumah tangga untuk mengurangi sampah.
(Versi lain dari informasi ini dipublikasikan di Ekuatorial – dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris)
Menyelisik Upaya Membersihkan Kota Cilacap
Riset Universitas Gajahmada (UGM) tahun 2013 menunjukkan setiap hari warga Kabupaten Cilacap menghasilkan 3.960 meter kubik sampah. Kalau sampah-sampah itu harus diangkut truk colt diesel (volume bak kurang lebih 15 meter kubik), dibutuhkan 264 truk. Sayangnya hanya 11,36% sampah (kurang lebih 450 meter kubik) yang terangkut dan dibuang di empat tempat pembuangan akhir (TPA).
Berbeda jauh dengan data Pemda Cilacap tahun 2014. Sebanyak 30-46% dari total sampah bisa diangkut dan dibuang di TPA.
Ke mana perginya sampah yang tidak terangkut? Masih menurut riset UGM, sampah yang tidak terangkut dibakar oleh penghasil sampah atau dikumpulkan pemulung. Apakah tidak ada sampah-sampah berceceran di tepian jalan di sudut-sudut Cilacap?
Kabupaten Cilacap menerima penghargaan Adipura tahun 2017, artinya Kabupaten Cilacap masuk kategori bersih di sudut-sudut kota dan juga pengelolaan TPA masuk kategori baik. Sayangnya persoalan tidak selesai meskipun Cilacap menerima Adipura.
Berarti Kabupaten Cilacap tidak menghadapi persoalan sampah? Tidak juga. Jika sampah Cilacap tidak ditangani dengan baik, akan ada masalah dalam jangka waktu satu atau dua tahun ke depan. Mengapa?
Peraturan Presiden No 97/2017 menargetkan pengurangan sampah sebanyak 30% pada tahun 2025. Artinya warga harus mengurangi sampah mereka atau produksi sampah harus bekurang hingga 30%. Atau Cilacap harus mengurangi timbulan sampah 1.188 meter kubik di tahun 2025.
Selain target pengurangan timbulan sampah, Perpres No 97 menargetkan 70% sampah yang diproduksi Cilacap harus terangkut untuk dibuang ke TPA pada tahun 2025. Data BPS tahun 2013, Cilacap baru berhasil mengumpulkan sampah 10,42% dari timbulan sampah total.
Bagaimana Cilacap berupaya mencapai target itu?
Perpres No 97/2017 mengharuskan pemerintah daerah membuat Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (disingkat Jakstrada) yang akan menjadi arah kebijakan dan strategi pengurangan dan penanganan sampah yang terpadu dan berkelanjutan. Pemda Kabupaten Cilacap belum memiliki Jakstrada.
Untuk meningkatkan penanganan sampah atau meningkatkan jumlah sampah yang bisa diangkut ke TPA – tidak serumit mengurangi timbulan sampah – secara sederhana bisa dicapai dengan memperbanyak jumlah truk sampah dan frekuensi pengangkutan. Tetapi meningkatnya jumlah sampah yang terangkut ke TPA memperpendek umur TPA, selain berbiaya tinggi.
Cilacap menyediakan empat TPA mengadopsi sistem controlled landfill (meskipun praktiknya controlled dump atau buang-timbun) yaitu TPA Sidareja, TPA Kroya, TPA Majenang, dan yang paling luas TPA Tritih Lor atau dikenal sebagai TPA Jeruklegi. TPA Jeruklegi dengan luas 6,3 ha setiap hari menampung 722,55 meter kubik dari Kota Cilacap dan sekitarnya (data tahun 2014).
Dari luasan lahan 6,3 ha yang mulai dimanfaatkan tahun 1995 itu sudah terpakai penuh 4,9 ha. Sisanya 1,4 ha, berdasarkan perkiraan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Cilacap akan penuh tahun 2016 dan jika dimaksimalkan masih bisa menampung sampah hingga 2018. Data riset UGM menunjukkan rata-rata per hari ada 19 truk yang membawa 72,420 ton sampah.
Pemda Cilacap harus memperluas TPA Jeruklegi atau lahan TPA baru seluas 5 ha (dibutuhkan biaya Rp 40 miliar) atau mencari cara lain agar TPA Jeruklegi umur pemanfaatannya bisa lebih lama.
“Yang penting sampah tidak penuh di TPA,” kata Kun Nasython, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap yang juga Kepala UPT Fasilitas Produksi RDF, menyampaikan tujuan pengelolaan sampah di Cilacap. Agar TPA Jeruklegi tidak penuh, sampahnya harus “dimusnahkan.”
Kabupaten Cilacap beruntung Kementerian Luar Negeri Pemerintah Denmark melalui Environmental Support Program (ESP3) Danida (Danish International Development Agency) menawarkan dana hibah untuk membangun fasilitas dan transfer teknologi refuse-derived fuel (RDF) – memproses sampah rumah tangga menjadi bahan bakar. Proyek percontohan ini diharapkan paling tidak bisa memperpanjang umur TPA Jeruklegi hingga 2025.
Jika pertumbuhan penduduk 1% per tahun dan produksi timbulan sampah 2,225 meter kubik per hari per penduduk, volume sampah Cilacap pada tahun 2020 akan mencapai 1,51 juta meter kubik per tahun. Kalau saja 20% sampah itu bisa dikumpulkan oleh Dinas, maka jumlah sampah yang dibuang ke 4 TPA 300 ribu meter kubik pada 2020.
Refuse-Derived Fuel
Refuse-derived fuel disingkat RDF adalah bahan bakar padat yang berasal dari limbah yang mudah terbakar seperti sampah organik, limbah kertas, limbah plastik, dan bahan organik lainnya. Limbah atau sampah diproses agar mencapai nilai kalor (panas) yang tinggi sebagai bahan bakar. RDF ini umumnya digunakan sebagai bahan bakar subsitusi di tungku pabrik semen atau pembangkit listrik, demikian penjelasan dalam Pedoman Umum Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Sebagai Bahan Bakar Alternatif RDF yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tujuan pemanfaatan RDF adalah untuk mengurangi sampah yang harus dibuang ke TPA, mengurangi gas rumah kaca yang timbul dari sampah, memanfaatkan sampah menjadi bahan bakar alternatif di industri semen dan pembangkit listrik.
Ide Proyek Percontohan RDF di TPA Jeruklegi dibicarakan 2015, konstruksi baru dimulai Juli 2017 dan ditargetkan sudah bisa menghasilkan RDF tahun 2018. Selain Pemerintah Denmark dan Pemda Kabupaten Cilacap, Proyek RDF melibatkan perusahaan semen swasta Holcim Indonesia.
Total biaya investasi diperkirakan mencapai Rp 60 miliar (atau 5 juta dollar AS). Program ESP3 Danida mendukung 50% biaya Proyek Percontohan RDF ini dengan dana hibah sebesar 2,5 juta dollar AS. Holcim menyediakan lahan 1,3 ha untuk fasilitas produksi RDF dan Pemda Cilacap akan mengelola fasilitas itu.
Pemda Cilacap mentargetkan mampu mengumpulkan sampah hingga 80% – 10% lebih banyak dibandingkan target nasional yang 70% – yang kemudian sebagian besar sampah itu diproses di fasilitas RDF ini.
Alur proses menghasilkan RDF ini secara sederhana adalah: sampah yang tiba di TPA Jeruklegi akan di tumpuk di lokasi pemilahan. Pemulung diberikan kesempatan mengambil sampah yang masih bernilai untuk dijual. Waktu pemungutan akan dibatasi dan pemulung akan dibagi ke dalam beberapa kelompok.
Umumnya pemulung akan mengambil beberapa jenis plastik (botol plastik, gelas plastik, kantong kresek plastik), logam (besi dan alumunium), botol beling. Sisa sampah yang tidak diambil pemulung akan dipindahkan untuk diseleksi kembali materi sampah yang tidak mempunyai nilai kalor, termasuk logam, batu kerikil, dan beling yang tidak diambil pemulung. Kurang lebih 10% sampah yang tidak bisa diproses menjadi RDF ini. Sampah yang bisa dijadikan RDF ini kemudian dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil, paling tidak 5 cm.
Selanjutnya sampah partikel 5 cm ini dipindahkan di tempat pengeringan dengan sistem biologis (bio-drying). Ada sembilan tempat pengeringan yang berurutan, dengan perkiraan di tahapan ke-9 sampah organik ini sudah cukup kering sebagai bahan bakar subsitusi batu bara. Bahan bakar sampah RDF ini akan diambil oleh Holcim dan dibakar di tungku dengan suhu pembakaran 2.000 derajat Celsius.
Di berbagai kota dan daerah di Indonesia – dan juga di berbagai negara berkembang di dunia – pemulung selalu menjadi bagian rantai alur sampah mulai dari produsen sampah (rumah tangga dan non-rumah tangga) sampai di tempat pembuangan akhir ada pemulung.
Pemulung yang mencari sampah bernilai ekonomi di TPA Jeruklegi, menurut riset UGM, ada lebih dari 100 individu pemulung. Tumiran (28 tahun) – pemulung di Jeruklegi – menghitung ada 130 pemulung. “Sekarang (bulan Maret – Red) tidak banyak yang kerja karena lagi musim panen,” kata Tumiran.
Bulan Maret memang bulan panen di Cilacap. Sebagian besar pemulung balik ke kampung masing-masing menjadi buruh tani, membantu para pemilik sawah memanen padi. Kata Tumiran bayaran membantu panenan lebih besar daripada hasil dari memulung.
Para pemulung bekerja “bebas” di TPA Jeruklegi. Mereka menunggu truk sampah datang hampir setiap satu jam sekali. Mereka akan mengerubung di belakang truk dan mulai mengais-ngais sampah yang ditumpahkan truk. Ada risiko mereka terluka karena tertimpa sampah, terluka karena menginjak benda tajam, atau terkena badan truk.
Tumiran akan mengambil gelas plastik, kantong kresek, botol (kemasan air), botol shampo, kertas, logam (aluminium, besi), botol beling. “Gelas plastik paling mahal. Plastik yang lunak biasanya mahal. Plastik yang keras, sudah tidak laku,” kata Tumiran menjelaskan.
Jumlah sampah yang paling banyak – dihitung berdasarkan beratnya – adalah kantong plastik kresek. Di TPA Jeruklegi per hari bisa dikumpulkan 50-60 kg plastik kresek; 30-40 kg kertas; 5 kg botol plastik (kemasan air); 20 kg botol shampoo hingga; botol beling ukuran besar sehari 10 botol dan yang ukuran kecil 20 kg. Jenis sampah lainnya – seperti kain bekas, materi plastik yang sifatnya keras tidak bisa dibengkokkan – kata Tumiran tidak laku.
Paling tidak satu individu pemulung sebulan bisa mendapatkan uang hingga Rp 3 juta. “Paling sedikit dapat satu juta. Kalau kerja sehari bisa dapat lebih dari 100 ribu,” Tumiran mengaku.
Sampah bernilai itu setelah dipisah, dimasukkan ke dalam karung plastik sesuai dengan jenisnya, ditimbang beratnya, dicatat hasil timbangan, sebelum akhirnya diambil oleh pengepul. Ada empat pengepul – individu yang membeli sampah-sampah masih bernilai itu dari pemulung – di TPA Jeruklegi.
Kun memastikan pemulung tidak akan berkurang penghasilannya. “Tidak akan mereduksi penghasilan. Pemulung diberikan kesempatan mengambil dulu sampah yang mereka inginkan, sisanya baru untuk RDF,” kata Kun.
Tantangan Keberhasilan RDF
Fasilitas produksi RDF dari sampah perkotaan ini sesuatu yang baru di Indonesia. Di negara maju, RDF bukan teknologi baru. Keberhasilan proyek percontohan pengembangan fasilitas produksi RDF di Cilacap akan mempengaruhi adopsi model ini di kota atau kabupaten lainnya di Indonesia.
Mencermati studi kelayakan teknis dan finansial proyek percontohan fasilitas produksi RDF ada beberapa aspek krusial menjadi kunci keberhasilan proyek di Cilacap ini berdasarkan asumsi yang ada.
Kementerian Perindustrian mensyaratkan spesifikasi RDF untuk pabrik semen Indonesia antara lain: nilai kalor 3.000-4.000 kkal/kg netto; kelembaban kurang dari 20%; kandungan klorin kurang dari 1%; kandungan sulfur kurang dari 1%; ukuran 20-50 mm; dan bentuk produk fluffs (bentuk setelah dikeringkan).
Jika sudah jadi, kapasitas produksi fasilitas pembuatan RDF ini bisa mengolah 120 ton sampah (atau kurang lebih 800 meter kubik) yang masuk ke TPA Jeruklegi per hari. Paling tidak – berdasarkan studi – umumnya akan ada 10% sampah yang tidak bisa diproses menjadi RDF, seperti partikel logam dan benda-benda besar seperti kasur. Berarti, Pemda Cilacap masih tetap membutuhkan lahan untuk menampung sampah yang tidak bisa diproses. Pemda Cilacap tetap membutuhkan lahan TPA.
Proyek pecontohan RDF Cilacap memilih sistem pengeringan biodrying – sistem pengeringan dengan biologis – memanfaatkan bakteri pembusuk yang bisa menaikkan suhu hingga 70 derajat Celsius. Ada sembilan tempat pengeringan dengan aerator yang berurutan. Belum ada penelitian apakah setelah berpindah sembilan kali, di tempat ke-9 RDF itu mampu menurunkan kadar air sampah yang 60% menjadi kurang dari 20%?
Dari aspek sosial masih ada tantangan besar bagaimana mengikutsertakan kurang lebih 130 pemulung yang sudah lama menggantungkan hidup di TPA Jeruklegi. Ada ketidaktahuan yang memunculkan ketakutan, kekhawatiran, keengganan, dan penolakan pada proyek RDF ini. Tumiran mengatakan hanya pernah sekali dikumpulkan untuk mendengarkan penjelasan mengenai proyek percontohan RDF ini dan sekali saat peneliti UGM datang.
Pemulung di Jeruklegi tidak ada organisasinya, meskipun mereka secara tidak resmi mengakui ada satu pemulung yang selalu menjadi perantara dengan pemda. Kekhawatiran terbesar adalah mereka tidak boleh lagi memulung di sana. Atau kalaupun boleh memulung penghasilan mereka turun drastis. Selain itu ada keengganan membentuk organisasi resmi, seperti koperasi. “Pemulung inginnya bebas,” kata Tumiran.
Bebas yang dimaksud Tumiran adalah pemulung bebas kapan mau memulung, kapan mau istirahat, dan tidak ada yang menentukan waktu kerja mereka. Mereka adalah pekerja yang bebas merdeka. Seperti misalnya, saat bulan-bulan panen – Maret-April – hampir separuh pemulung pulang ke kampung masing-masing. Tumiran dan pemulung lainnya khawatir kalau mereka dilibatkan di proyek percontohan ini, mereka jadi tidak bebas lagi. Pemulung hanya ingin bisa tetap bebas mengambil sampah bernilai ekonomi di TPA Jeruklegi.
Perlu ada intervensi sosial jika proyek percontohan ini ingin melibatkan pemulung dalam proses pemilahan. Menyelisik rencana proyek dan mencermati apa saja yang sudah dikerjakan terkait dengan pemulung, bagian sosial ini akan sangat krusial jika tidak segera ditangani.
Salah satu upaya yang akan sangat membantu pemulung adalah menyediakan tempat untuk mereka menaruh sampah yang sudah mereka pulung. Saat ditanya apa yang paling pemulung butuhkan, Tumiran mengatakan, tempat menaruh hasil mereka memulung dan air untuk bersih-bersih.
Tantangan ketiga adalah hitung-hitungan untung-rugi, termasuk biaya yang harus dikeluarkan Pemda Cilacap. Secara ekonomi dan lainnya, proyek percontohan RDF ini akan membawak manfaat pada Pemda Kabupaten Cilacap. Kalau tidak ada fasilitas pembuatan RDF ini, Pemda Cilacap masih harus mengeluarkan dana Rp 30 miliar untuk membangun TPA baru seluas 5 ha, plus persoalan sosial yang mengikutinya.
Dengan adanya proyek RDF ini, Pemda Cilacap harus mengeluarkan biaya operasional untuk menangani 10% sampah yang tidak bisa dijadikan RDF Rp 55.000 – Rp 71.420 per ton dan biaya operasional fasilitas produksi RDF 11,32 – 12,30 dollar AS per ton. Holcim harus mengeluarkan biaya operasional untuk tungku Rp 66.980 per ton.
Pertanyaan penting pada Holcim adalah mengapa bersedia terlibat dalam proyek percontohan ini? Terlibat berarti Holcim harus mengeluarkan biaya investasi besar memodifikasi tempat pembakaran agar bisa menggunakan RDF sebagai bahan bakar, biaya operasional tambahan transportasi RDF. Walaupun hasil analisis menyimpulkan proyek percontohan RDF ini layak dilanjutkan, masih ada pekerjaan rumah perhitungan untung-rugi dari pihak Holcim.
Aspek teknis karakteristik RDF – seperti nilai kalor RDF, jumlah RDF yang akan dihasilkan – akan sangat mempengaruhi perhitungan ekonomis bagi Holcim. Fasilitas produksi RDF akan dikelola oleh Pemda Cilacap dan Holcim akan membeli RDF yang dihasilkan. Harga RDF akan tergantung dari harga pasaran batu bara. Belum ada kesepakatan bagaimana menghitung harga RDF.
Model Kerja Sama Pemerintah-Swasta
Studi Kementerian Perindustrian membuka peluang kerja sama pemerintah dengan swasta dalam pengelolaan sampah. Peluang itu tertuang dalam Perpres No 56/2011 dan Perpres No 13/2010 (perubahan Perpres No 67/2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Menyediakan Infrastruktur) dengan semua persyaratannya. Model kerja sama ini sering disebut public private partnership (PPP).
Proyek percontohan pembangunan fasilitas produksi RDF di Cilacap ini agak berbeda dengan model PPP yang ada sebelumnya. Pertama proyek percontohan ini selain melibatkan perusahaan swasta, juga melibatkan pemerintah negara lain yaitu Denmark melalui Program ESP3 Danida. Kedua, inisiatif datang dari Pemerintah Denmark. Ketiga, biaya investasi awal proyek percontohan ini sangat besar. Keempat, proyek percontohan mengelola sampah menjadi energi dengan teknologi RDF adalah yang pertama di Indonesia.
Pertanyaannya, apakah model PPP untuk pengelolaan sampah seperti ini masih layak direplikasi di wilayah Indonesia lainnya? Tantangan terbesar untuk mereplikasi model kerja sama seperti ini ada pada biaya yang juga besar dan belum ada hitungan apakah keuntungannya bagi pihak swasta sebanding dengan biayanya. Persyaratan teknis – seperti jumlah sampah yang dihasilkan, adanya perusahaan semen atau pembangkit listrik berbahan bakar batu bara – akan mudah dipenuhi. Persyaratan biaya investasi yang besar akan menyulitkan pemerintah daerah yang berminat.
Proyek percontohan RDF di Cilacap membutuhkan biaya investasi awal Rp 60 miliar. Pemda Cilacap tidak akan sanggung menanggung biaya awal separuhnya dan pihak swasta belum tentu bersedia menginvestasikan Rp 30 miliar di awal. Pemda Cilacap beruntung karena ada bantuan dana hibah dari Denmark sebesar 2,5 juta dollar AS.
Memang pemerintah daerah akan membutuhkan dana yang lebih besar lagi jika tidak ada model pengelolaan sampah menjadi energi. Biaya besar itu untuk menyediakan lahan pembuangan akhir, tetapi biaya itu bisa dipenuhi secara bertahap. Pemerintah pusat berpotensi menjadi investor yang meringankan beban pemerintah daerah.
Atau belajar dari negara maju seperti Jerman dan mengacu pada UU No 18/2008 tentang sampah, perusahaan-perusahaan yang menghasilkan sampah kemasan – seperti Indofood dan Unilever – berpotensi menginvestasikan dana di proyek seperti RDF ini. Berdasarkan UU No 18/2008, perusahaan yang ketika produknya dikonsumsi menghasilkan sampah, perusahaan itu wajib menangani sampahnya.
Proyek percontohan pembangunan fasilitas produksi RDF ini masih harus diuji kelayakannya dan baru akan terbukti setelah berjalan beberapa tahun ke depan.
Mengurangi sampah
Seandainya model penanganan sampah dengan teknologi RDF dan skema PPP di Cilacap ini berhasil, apakah persoalan sampah di daerah-daerah akan selesai?
Model penanganan sampah menjadi energi atau waste to energy (WTE) seperti di Cilacap hanyalah mengatasi keterbatasan lahan pembuangan sampah. Model WTE bukan jawaban target sampah nol – zero waste. Model WTE di Cilacap lebih baik dibandingkan model WTE dengan insinerator yang membutuhkan persyaratan lingkungan sangat ketat terutama pesyaratan gas buang.
Pemerintah mentargetkan pengurangan timbulan sampah atau produksi sampah hingga 30% hingga tahun 2025. Upaya pengurangan sampah hanya bisa melalui intervensi sosial jangka panjang di tingkat konsumen. Intervensi sosial dibutuhkan untuk mengubah perilaku konsumen yang cenderung tidak peduli dengan sampah yang dihasilkan ke perilaku berusaha mengonsumsi produk yang tidak menghasilkan sampah atau menghasilkan sampah sangat sedikit.
Pemerintah pusat – di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan – dan pemerintah daerah menjalankan program kampanye 3R dengan lebih strategis. Tahun 2016 KLHK menguji coba program kantong plastik berbayar di berbagai supermarket dan pasar. Setelah program uji coba selesai, selesai juga program itu.
Program bank sampah juga tidak membantu upaya pengurangan sampah. Malah bisa berbalik program bank sampah memotivasi warga meningkatkan konsumsi produk dengan sampah yang bisa didaur ulang agar bank sampah bisa terus berjalan. Sesungguhnya ukuran keberhasilan bank sampah adalah ketika sudah tidak ada lagi sampah yang disetor ke bank sampah.
Satu kebijakan yang akan bisa membantu jika diubah adalah ketentuan retribusi sampah yang harus dibayar oleh warga. Saat ini retribusi sampah sama besarnya untuk mereka yang menghasilkan sampah sedikit atau banyak. Harusnya yang adil, mereka yang menghasilkan sampah banyak harus membayar retribusi sampah lebih banyak lagi. Mereka yang tidak menghasilkan sampah (karena mengurangi sampah dengan mengompos sampah organik dan menggunakan kembali sampah kemasan) tidak harus membayar retribusi sampah.
Perusahaan-perusahaan yang produknya menyisakan sampah – yang selama ini harus ditangani dan dibiayai oleh warga dan pemda – harus sudah mulai menjalankan kewajibannya menurut UU No 18/2008 mengambil kembali sampah dan memprosesnya. Sudah tentu pemerintah harus tegas menegakkan peraturan.
(Tulisan ini dimuat di Greeners.co tanggal 23 Maret 2018)
TPA Adalah Hidup Kami
Hari Senin, 12 Maret 2018, sekitar pukul 12 siang, Ijat mengangkat karung plastik berisi botol-botol beling mendekat ke kaitan timbangan logam atau dacin logam yang digantung pada kusen bangunan untuk pengomposan sampah. Ijat menggeser logam pengukur yang karatan itu, ia melihat angka yang menunjukkan berat botol-botol beling itu dan menulis berat itu di buku tulis.
Satu-per-satu karung-karung berisi barang-barang rongsok logam besi dan aluminium, plastik kemasan atau plastik kresek, botol plastik dan gelas plastik bekas kemasan air minum ditimbang Ijat dan dicatat hasil timbangannya. Itulah salah satu pekerjaan Ijat di Tempat Pembuangan Akhir Jeruklegi, Cilacap.
Masih puluhan karung plastik berisi rongsok terserak di lahan terbuka seluas kurang lebih 20 m x 20 m di belakang bangunan semi permanan untuk pengomposan dan di sebelah garasi back-hoe. Masih ada lagi tumpukan di belakang garasi. Semua itu hasil kerja para pemulung di TPA Jeruklegi.
Di TPA Jeruklegi ada 130 pemulung, kata Tumiran, salah satu pemulung. Tumiran bekerja memulung bersama isterinya. Hasil kerja pemulung itu kemudian disetor ke pengepul. Ada empat pengepul di TPA Jeruklegi, salah satunya adalah orangtua Tumiran. Ijat bekerja membantu orangtua Tumiran.
Tumiran sudah menjadi pemulung saat masih sekolah kelas 4 SD. Setiap hari para pemulung bekerja mulai pukul 05.00 atau 06.00 hingga pukul 15.00 atau 16.00. Bulan Maret saat-saat panen, banyak pemulung pulang kampung untuk membantu memanen di sawah, saat itu tidak banyak yang bekerja di TPA Jeruklegi.
Pemulung itu orang bebas, kata Tumiran. “Kalau ingin kerja ya bekerja, kalau ingin istirahat ya istirahat. Tidak mau diatur-atur waktu kerjanya,” Tumiran mengakui. Kalau rajin bisa menghasilkan cukup untuk hidup berkeluarga.
“Rata-rata sehari bisa dapat seratus ribu,” kata Tumiran. Sebulan seorang pemulung bisa membawa uang Rp 3 juta. “Paling rendah bisa bawa pulang satu juta,” ungkap Tumiran.
Sehari Tumiran bisa mengumpulkan 5 kg botol plastik kemasan; 50-60 kg kantong kresek, 20 kg botol shampo, 30-40 kg kertas, 5 kg alumunium, 20 kg besi, 10 botol beling besar dan 20 kg botol beling kecil.
Plastik-plastik kemasan yang warnanya putih biasanya dikirim oleh pengepul ke Rembang dan plastik yang berwarna ke Rembang. Rongsok lainnya dikirim ke berbagai tempat lainnya.
“Gelas Aqua paling mahal. 4 ribu per kilogram. Kalau gelas minuman berwarna hanya 2.200,” kata Satena, pengepul di luar kawasan TPA Jeruklegi yang bertugas menjaga lapak Tukam, suaminya. Satena membayar Rp 3.000 untuk sekilogram botol minum plastik yang transparan. Kaleng alumunium dibeli Satena antara Rp 10.000 – Rp 12.000 per kilogram.
Biasanya ada kurang lebih 50 pemulung yang membawa rongsok ke lapaknya Satena. “Yang rutin 20 pemulung. Pas mau lebaran bisa 100 pemulung nyetor ke sini,” kata Satena.
Proyek percontohan pembangunan fasilitas produksi bahan bakar dari sampah atau refuse-derived fuel (RDF) di TPA Jeruklegi, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap yang harus selesai akhir 2018 ini akan mengajak pemulung di dalam proses. Pemulung akan diberikan kesempatan untuk mengambil rongsok seperti biasa, demikian janji Kun Nasython, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap yang juga Kepala UPT Proyek RDF ini, kepada peserta diskusi di Hotel Fave, Cilacap, Kamis, 22 Maret 2018.
Sayangnya pemulung belum pernah diajak diskusi mengenai proyek ini. “Pernah dikumpulkan sekali,” kata Tumiran, “tapi saya tidak ikut.” Sekali lagi saat bertemu dengan tim peneliti dari Universitas Gajah Mada. Sampai awal 2018 tidak ada upaya dari Pemda Cilacap – yang akan mengelola fasilitas produksi RDF ini – mengajak pemulung atau bertanya apa keinginan pemulung.
Padahal studi awal mengenai pemulung di Jeruklegi oleh konsultan Danida, agar rencana proyek ini menjadi lebih matang, merekomendasikan pelaksana proyek “…mengundang pemulung untuk berpartisipasi dalam perumusan proyek, dan menjadi lebih komprehensif, dengan memperluas perlakuan terhadap pendauran ulang sampah melalui keikutsertaan pendaur ulang formal, semi-formal, dan formal lainnya…”
Survei UGM pada 107 pemulung di TPA Jeruklegi, sebanyak 91% memulung adalah pekerjaan utama dan 88,8% bekerja penuh sebagai pemulung. Sebagian besar pemulung – 93 orang – memiliki lebih dari dua anggota keluarga yang juga memulung dan memulung adalah penghasilan utama mereka.
“Memulung adalah hidup kami,” komentar pemulung yang dicatat di hasil survei UGM. Pernyataan lebih kuat, “TPA adalah hidup kami,” menggambarkan para pemulung sangat tergantung pada TPA Jeruklegi untuk menopang hidup mereka.
Kegiatan pemulung di TPA Jeruklegi termasuk ilegal karena Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Cilacap dan TPA Jeruklegi tidak memiliki prosedur yang jelas dalam mengelola TPA, tidak ada petunjuk operasional, tidak ada pejabat publik yang jelas sebagai penghubung antara pemerintah dan pemulung. Memang – seperti diungkapkan Tumiran – ada satu pemulung Pak Turmin yang biasa mewakili mereka ketika harus bertemu dengan Pemda Cilacap.
Tetapi ketika diwawancara oleh Tim UGM, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang menyangkal punya otoritas atas pemulung dan menyatakan pendaur ulang informal bukan urusan mereka. Memang Dinas mencatat jumlah pemulung yang beraktivitas di Jeruklegi meskipun tidak diperhararui dan tidak akurat.
Dinas Sosial Kabupaten Cilacap mengatakan pemulung belum menajdi salah satu target program. Program Dinsos baru menjangkau pengemis, gelandangan, orang tidak dikenal, dan orang miskin.
Selama ini sejauh tidak terjadi konflik, pemulung dibiarkan beraktivitas mengambil rongsok yang masih ada nilai ekonomi. Karena ilegal, tidak tersedia tempat bagi pemulung menaruh hasil pulungan mereka. Rongsok digeletakkan di lahan kosong, di bawah pohon di dalam areal TPA Jeruklegi. Sewaktu-waktu para pemulung bisa saja dilarang bekerja dan keluar dari kawasan TPA Jeruklegi.
Apa keinginan pemulung, terutama 130 pemulung yang beraktivitas di TPA Jeruklegi?
Pemulung butuh tempat penampungan sementara rongsok hasil mereka di kawasan TPA Jeruklegi, ungkap Tumiran. Survei UGM juga menunjukkan pemulung membutuhkan tempat menyimpan hasil pungutan yang aman. Yang ada saat ini adalah tempat terbuka, jika hujan kebasahan dan sewaktu-waktu bisa digusur.
Sarana air untuk cuci tangan menjadi kebutuhan para pemulung. Saat ini tidak ada sarana air dan toilet. Selain dua kebutuhan utama, pemulung berharap ada sarana alat kerja yang lebih baik. Ketika ditanya Tumiran meminta ada penyemprotan lalat yang rutin.
Pemulung mengharapkan hubungan yang egaliter antara pemulung dan petugas TPA atau pengelola TPA. “Pemulung adalah pekerja bebas,” kata Tumiran. Makna “pekerja bebas” bagi pemulung adalah “tidak ingin diatur,” termasuk membantuk organisasi formal, seperti koperasi atau asosiasi pemulung.
Kun Nasython menjanjikan pemulung yang beraktivitas di Jeruklegi akan didata. Hanya mereka yang terdata dan sudah lama beraktivitas di Jeruklegi yang akan diberikan kesempatan terlibat di kegiaan produksi RDF. “Tidak boleh ada tambahan lagi pemulung dari luar,” kata Kun.
Nanti, kata Kun menjelaskan lebih rinci, pemulung akan dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan kesempatan memulung selama 15 menit di tempat penumpahan sampah dari dump-truck. Setelah 15 menit, bergantian kelompok kedua dan seterusnya.
Menurut Kun nanti pemulung akan diuntungkan karena tempat mereka kerja terlindung dari hujan dan terik matahari, karena ada atapnya. Risiko terluka akan sangat minim. Mereka juga akan mendapatkan akses untuk sarana cuci tangan dan kesehatan. “Kesempatan mereka tidak akan berkurang,” ujar Kun.
Sayangnya niat baik itu belum pernah disampaikan langsung kepada para pemulung. Masih ada waktu setengah tahun sebelum proyek percontohan produksi RDF ini berjalan untuk secepatnya merangkul para pemulung.
Pemda Cilacap perlu membentuk tim untuk rekayasa sosial agar pemulung tidak merasa diasingkan, tersingkir, dan akibatnya mereka tidak mendukung proyek percontohan ini. Satu yang pasti, Tumiran dan teman-temannya, tidak ingin menjadi “pegawai” di fasilitas produksi RDF ini.
Ahok, Ini PR Anda: Indeks Air Jakarta Ke-47 dari 50 Kota
JUM’AT, 13 MEI 2016 | 11:48 WIB
TEMPO.CO, Rotterdam – Arcadis, perusahaan konsultan khusus bidang lingkungan, meluncurkan Arcadis Sustainable Cities Water Index 2016 di Rotterdam, Belanda. Indeks ini hanya untuk 50 kota di dunia. Jakarta berada di posisi ke-47 dan Rotterdam di urutan pertama. Sedangkan New Delhi, India, berada di posisi buncit.
Arcadis mengumumkan indeks tersebut di Rotterdam, 10 Mei 2016. Mentor Tempo SMS, Harry Surjadi, hadir dalam acara tersebut. Buruknya kualitas air Jakarta menjadi salah satu pekerjaan berat Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.
Frank Goossensen, Direktur Water Europe Arcadis, mengatakan ada tiga elemen atau subindeks yang menjadi dasar perhitungan indeks itu: ketahanan, efisiensi, dan kualitas.
Subindeks ketahanan menggambarkan seberapa siap sebuah kota mengatasi kondisi terlalu sedikit air dan terlalu banyak air, melindungi warganya dari bencana banjir dan kekeringan dengan tetap memastikan ketersediaan air bersih.
Subindeks efisiensi dinilai, antara lain, dari apakah masih ada kebocoran dalam distribusi dan bagaimana kota mengelola air limbah dan sanitasi. Subindeks kualitas menunjukkan seberapa baik bersih dan aman untuk kesehatan air yang disediakan kota.
Jika berdasarkan subindeks ketahanan (resiliency), Jakarta ada di posisi ke-38. Bandingkan dengan Tokyo yang ada di urutan ke-41. Posisi paling buncit untuk ketahanan ditempati Manila.
Jakarta berada di posisi ke-46 dalam subindeks efisiensi. Pada subindeks ini, New Delhi kembali berada di posisi buncit. Adapun Copenhagen adalah kota paling efisien dalam mengelola air.
Toronto, Kanada, menyediakan air paling berkualitas untuk warganya. Jakarta berada di posisi ke-45 dalam subindeks kualitas. Sedangkan Manila paling buruk airnya.
Goossensen menjelaskan, indeks dan subindeks dihitung berdasarkan data terbuka yang tersedia di berbagai institusi di dunia.
YOSEP
Artikel di tempo.co: https://metro.tempo.co/read/news/2016/05/13/083770661/ahok-ini-pr-anda-indeks-air-jakarta-ke-47-dari-50-kota
Tiga Penghambat Banjir: Melawan Air dengan Air
TEMPO.CO, Delft, Belanda: Karung berisi pasir menjadi andalan untuk menghambat air banjir masuk ke dalam rumah atau menghambat air banjir masuk ke fasilitas penting. Tidak mudah mencari pasir saat banjir datang di kota besar. Saat hujan dan banjir, yang tersedia hanyalah air.
Tiga perusahaan di Belanda dengan kreatif menciptakan penghambat air banjir pengganti karung pasir. Produk-produk mereka sudah diuji coba di fasilitas Flood Proof Holand, Delf Technical University, Belanda. Ketiga produk itu “TubeBarrier, Velox, dan BoxBarrier“ menerapkan prinsip melawan air dengan air atau fighting water with water.
Para peserta International Climate Change Adaptation Conference ke-4 di Rotterdam, Belanda, 13 Mei 2016, melihat demo bagaimana tiga produk pengganti karung pasir berfungsi.
TubeBarrier “yang diciptakan oleh Robert Alt“ adalah salah satu dari tiga contoh pengganti karung pasir. Sebelum dipasarkan, TubeBarrier diujicobakan di Flood Proof Holand. Setelah melewati ratusan kali uji coba selama dua tahun, barulah produk ini berani dipasarkan.
TubeBarrier terbuat dari bahan kain (tarpaulin) PVC yang fleksibel dan tahan air. Penghalang air banjir ini berukuran 60 cm x 60 cm x 100 cm, berbentuk seperti tabung dengan ukuran panjang 5 meter, atau 7 meter atau 10 meter (tergantung kebutuhan).
Di bagian bawah TubeBarrier ada lubang-lubang agar air banjir bisa masuk mengisi tabung mengikuti ketinggian air banjir. TubeBarrier bisa menghambat air banjir dengan ketinggian hingga 50 cm hingga 70 cm.
Sementara itu, BoxBarrier menerapkan prinsip yang sama dengan TubeBarrier yaitu menahan air banjir dengan air. BoxBarrier berupa kotak berukuran 90 cm x 60 cm x 60 cm terbuat dari bahan plastik. BoxBarrier bisa menahan ketinggian banjir kurang dari 60 cm.
Bukan hanya berfungsi menahan air banjir masuk ke fasilitas penting seperti TubeBarrier, BoxBarrier setelah terpasang bisa menjadi jalur kering untuk orang berjalan di tengah-tengah genangan air. Berbeda dengan TubeBarrier, air harus dimasukkan ke dalam BoxBarrier menggunakan pompa.
Adapun Velox terbuat dari bahan kain plastik mirip dengan TubeBarrier. Velox bisa menahan air banjir hingga ketinggian kurang dari 1 meter. Air otomatis mengisi Velox yang sudah terpasang. Kelebihan Velox adalah mudah penyimpanan, tidak membutuhkan pompa, bisa menggantikan ratusan (770) karung pasir dan tahan lama.
Video dan Naskah: Harry Surjadi
Editor dan Pengisi Suara: Ngarto Februana
Menghidupkan Ciliwung
Berita banjir menyita halaman surat kabar, majalah, dan waktu siar televisi ataupun radio. Tidak ada penjelasan sedikit pun “apa itu banjir”. Media berasumsi semua pembaca, pendengar, dan pemirsa sudah tahu pengertian banjir.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai mendefinisikan banjir sebagai “peristiwa meluapnya air sungai melebihi palung sungai” (Pasal 1 ayat 7). Definisi ini masih tidak menjelaskan banjir dengan pas.
Danau Sentarum, Kalimantan Barat, saat musim kemarau menjadi dataran kering. Danau Sentarum bisa dijelajahi dengan sepeda motor sampai bagian tengah danau karena danau mengering. Ketika musim hujan, seluruh wilayah Danau Sentarum penuh dengan air. Apakah Danau Sentarum kebanjiran? Tidak. Banjir terjadi ketika air merendam lingkungan buatan manusia. Jika air merendam wilayah yang tidak ada manusianya atau lingkungan hidup tanpa manusia, namanya bukan banjir.
Cara mengatasi banjir sederhana: jangan membuat rumah di dataran banjir (floodplain). Namun prakteknya tidak sesederhana itu karena sungai sebenarnya hidup. Sungai yang hidup (living river) itu dinamis, menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai yang hidup berkelok-kelok, dan kelokan ini bisa berubah. Sungai Ciliwung, yang terpecah menjadi 13 anak sungai, sudah sekarat. Aliran anak Ciliwung di utara sudah mati. Airnya hitam, berbau, dan tidak punya oksigen.
Sungai Napa melintasi wilayah California bagian tengah sebelum berakhir di Teluk San Francisco, Amerika Serikat. Setelah penduduk Kota Napa 22 kali kebanjiran dalam kurun 150 tahun, pemerintah federal menugaskan US Army Corps of Engineers (Corps) untuk mengatasi banjir di daerah aliran Sungai Napa. Corps mengajukan sungai yang lebih dalam dan lurus melintasi Kota Napa. Tiga kali warga menolak usul Corps, yakni pada 1976, 1977, dan setelah banjir besar pada 1986.
Warga Napa membentuk Community Coalition for Napa Flood Management yang kemudian menyepakati rencana mengatasi banjir dengan menerapkan prinsip living river (sungai yang hidup), yaitu prinsip yang menghargai pentingnya kehidupan ikan dan kehidupan liar lainnya, keterkaitan antara sungai dan dataran banjir, serta hubungan manusia dengan sungai itu.
Program itu memindahkan lebih dari 70 rumah dan 30 gedung komersial, menyediakan 160 hektare wilayah genangan, 60 hektare lahan basah musiman, dan mengembalikan 243 hektare dataran banjir yang sebelumnya dilindungi dari air dengan tanggul. Hasilnya: lebih dari 3.000 bangunan terlindungi dari banjir 100 tahunan, biaya asuransi turun drastis, bisnis-bisnis baru yang berkaitan dengan sungai bermunculan, dan 37 jenis ikan berkembang biak dengan subur.
Mengatasi banjir Jakarta berarti menghidupkan kembali Ciliwung. Menghidupkan Ciliwung bukan hanya secara ekologis (ikan dan makhluk air bisa hidup). Menghidupkan Ciliwung juga berarti mengembalikan nilai sosial, ekonomi, dan politik sungai itu.
Langkah pertama, menentukan seberapa luas dan di mana saja dataran banjir dengan menggunakan data banjir periodik dan data satelit. Tidak boleh ada bangunan di dataran banjir. Salah satu daerah dataran banjir yang perlu dinormalkan adalah pesisir utara Jakarta. Kesalahan penguasa lama adalah memberikan izin alih fungsi dataran banjir di utara menjadi perumahan mewah, sehingga tersisa suaka margasatwa Muara Angke seluas 25 hektare.
Batalkan rencana reklamasi pantai utara Jakarta dan pembuatan polder. Membangun polder atau dinding tinggi di sebelah utara Jakarta malah akan menyulitkan air genangan mengalir ke laut. Dan lupakan ide membuat saluran bawah tanah. Selain biayanya mahal, secara logika air tidak mungkin mengalir ke tempat yang lebih tinggi tanpa pompa.
Langkah kedua, bangunan di daerah banjir (berdasarkan peta daerah banjir), di sepanjang sempadan Ciliwung di Jakarta, harus dipindahkan.
Rehabilitasi pinggir sungai berlanjut hingga ke bagian hulu Ciliwung di Bogor, mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011. Tanggung jawab dan program di wilayah hulu (Jakarta) berbeda dengan di hilir (Depok dan Bogor hingga Gunung Gede Pangrango). Lanjutkan pembongkaran bangunan (vila) yang tidak sesuai dengan RTRW-RBWK di Puncak, Bogor.
Alokasikan juga sebagian wilayah hulu (Depok, Bogor, dan Puncak) untuk danau. Daerah Sempur di Bogor sangat cocok untuk dijadikan danau yang bisa menampung cukup banyak air Ciliwung.
Langkah ketiga, mengeluarkan peraturan yang lebih pro-lingkungan dan memasukkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan sebagai roh dari peraturan. Misalnya, ubah ketentuan iuran sampah. Kalau sebelumnya iuran sampah flat, harus diubah sesuai dengan jumlah sampah yang dibuang. Anjuran mengolah sampah organik sendiri menjadi relevan dan ada insentif bagi keluarga yang tidak menghasilkan sampah. Slogan baru: kurangi sampah.
Menghidupkan kembali Sungai Ciliwung bukan pekerjaan setahun-dua tahun. Ini merupakan pekerjaan jangka panjang yang membutuhkan konsistensi, termasuk konsistensi kepemimpinan di daerah-daerah yang dilalui Ciliwung. Dan jangan lupa libatkan warga dengan selalu memberikan informasi.
(Sudah dipublikasikan di Koran Tempo tanggal 11 Februari 2014: http://koran.tempo.co/konten/2014/02/11/334518/Menghidupkan-Ciliwung)
Kehidupan Setelah Minyak Bumi Habis
Setiap detik kehidupan sehari-hari kita – mahluk hidup – membutuhkan, mengonsumsi, dan mengeluarkan energi. Pergi dan pulang kantor, kita butuh energi. Ruang kerja di kantor menggunakan energi. Piranti elektronik di rumah – televisi, radio, microwave, tape recorder, laptop komputer – membutuhkan energi agar bisa dimanfaatkan. Memasak makan malam, butuh energi.
Sumber energi kita berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Berapa banyak energi yang kita butuhkan akan sangat tergantung dari apa yang kita konsumsi dan gaya hidup kita.
Sepotong rendang daging sapi yang tersedia di piring makan di rumah Anda di Jakarta membutuhkan energi berbeda-beda jumlahnya. Semakin jauh letak peternakan sapi, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sepotong daging rendang sapi dari Australia membutuhkan lebih banyak energi untuk membawanya ke Jakarta dibandingkan sepotong daging rendang sapi dari Bali.
Demikian juga air yang kita minum. Ketika meminum teh hangat kita mengonsumsi lebih banyak energi dibandingkan meminum air putih suhu ruangan. Lebih banyak lagi energi yang kita konsumsi ketika kita meminum minuman ringan dalam kaleng.
Mandi dengan air panas lebih banyak energi dibandingkan mandi air suhu ruang. Pergi ke kantor menggunakan mobil sendiri (dan sendiri di mobil) membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan naik kereta listrik atau bus umum atau naik sepeda.
Ada tiga jenis energi dalam sudut pandang pemanfaatannya. Pertama sumber energi utama (primary energy) yaitu sumber energi yang belum diproses. Sumber energi utama misalnya minyak mentah, panas bumi, batu bara, angin, sinar matahari.
Kedua, energi akhir (final energy) yaitu energi dalam bentuk yang bisa dimanfaatkan manusia. Energi akhir ini misalnya bensin, minyak tanah, solar, LPG, listrik, air panas yang berasal dari panas bumi.
Ketiga, energi efektif (effective energy) yaitu energi hasil pemanfaatan energi akhir dalam bentuk yang berguna seperti cahaya, gerak kendaraan bermotor, panas radiator.
Sumber energi utama ini bisa dibagi ke dalam dua golongan yaitu: 1) energi yang tidak terbarukan dan 2) energi yang terbarukan. Energi tidak terbarukan antara lain minyak bumi, gas alam, batu bara, dan uranium (energi nuklir). Energi terbarukan antara lain biomassa, energi gerak air, panas bumi, angin, sinar matahari, ombak laut.
Selama ini pasokan energi kegiatan manusia Indonesia terutama dari energi tidak terbarukan yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Data Ditjen Migas menunjukkan konsumsi BBM tahun 2011 mencapai 394 juta barel dan LPG (yang juga berasal dari minyak bumi) sebanyak 56 juta SBM (setara barel minyak). Produksi BBM dalam negeri 239 juta barel. Indonesia mengimport BBM dari sembilan negara sebanyak 96 juta barel pada tahun yang sama. Konsumsi BBM grafiknya naik terus. Padahal, berdasarkan perkiraan, Indonesia memiliki cadangan minyak bumi sebanyak 7,73 miliar barel.
Sebagian sumber energi adalah baru bara. Konsumsi batu bara antara 75-80 juta ton untuk pembangkit listrik tenaga uap. Meskipun jumlah cadangan batu bara Indonesia 6,7 miliar ton, tetap saja satu saat akan habis juga.
Satu hari nanti minyak bumi dan batu bara akan habis, dan juga sumber energi tidak terbarukan lainnya, seperti gas alam. Bagaimana kita menghadapi habisnya sumber energi tidak terbarukan ini?
Ada tiga upaya sebagai persiapan menyongsong “kehidupan setelah minyak bumi habis” yaitu: 1) mengonservasi energi; 2) efisiensi energi; dan 3) memanfaatkan sumber energi terbarukan.
Konservasi
Energi ketika digunakan sebenarnya tidak habis atau hilang. Habis atau hilang adalah istilah sehari-hari untuk menggambarkan satu bentuk energi berubah menjadi energi lainnya. Misalnya, bensin yang dibakar di dalam mesin mobil berubah dari energi dalam bentuk kimia cair menjadi bentuk energi panas dan gerak. Jadi sebenarnya kita tidak bisa menabung energi, yang bisa adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi bermanfaat lainnya.
Konservasi energi – menurut pendapat awam – adalah menghemat energi meskipun kurang tepat. Bagaimana menggunakan sedikit mungkin sumber energi utama yang akan habis ini tanpa mengurangi tujuan. Konservasi energi adalah satu upaya perencanaan pemanfaatan energi sehemat mungkin. Berangkat ke kantor naik sepeda bukan naik mobil pribadi sendiri adalah bentuk konservasi energi.
Dalam bentuk lebih rumit, konservasi energi adalah upaya mengurangi terbuangnya energi dalam bentuk energi yang tidak dimanfaatkan. Misalnya, mengurangi terbuangnya energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bensin di dalam mesin mobil.
Manfaat lain dari konservasi energi adalah baik untuk lingkungan, misalnya polusi udara lebih sedikit dan mengurangi dampak lingkungan, terutama hutan dan keanekaragaman hayatinya, ketika mengeksploitasi sumber energi utama.
Efisiensi
Sering konservasi energi dan efisiensi energi digunakan bergantian dengan makna yang sama. Efisiensi energi menjelaskan hubungan antara aktivitas dengan penggunaan energinya. Misalnya, menggunakan lampu LED lebih efisien untuk penerangan dibandingkan menggunakan lampu pijar karena untuk menghasilkan kecerahan yang sama lampu pijar membutuhkan energi listrik yang lebih besar dibandingkan lampu LED.
Pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Pasal 1 Ayat 1 PP 70/2009 mendefinisikan “konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
Yang terbarukan
Memanfaatkan energi terbarukan secara esensi adalah bagian dari konservasi energi sebagai konsekuensi menghemat energi yang tidak bisa diperbaharui. Indonesia memiliki potensi besar sumber energi terbarukan. Total listrik yang bersumber dari energi terbarukan berasal dari tenaga air dan panas bumi tahun 2009 mencapai 8.761 MW dan yang berasal dari bahan bakar nabati sebanyak 2.774.000 kilo liter.
Potensi energi terbarukan Indonesia, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Djadjang Sukarna, cukup untuk 100 tahun (Kompas.com, 23 November 2012).
Indonesia, berdasarkan data Energici Holding Inc. dari Kanada, tahun 2011 Indonesia menggunakan energi terbarukan gabungan biomassa, geotermal, hidroelektrik, sinar matahari, dan angin, sebesar 6.049 megawatts. Di antara negara di Asia, Indonesia no 5 dan di dunia no 29 diukur dari jumlah pemanfaatan energi terbarukan. Indonesia dibawah Pakistan. Bandingkan dengan Cina – negara no 1 pengguna energi terbarukan – yaitu 301.440 megawatts, 50 kali lebih besar dari Indonesia.
Ikut andil
Marilah kita ikut andil dalam konservasi energi, efisiensi energi, dan memanfaatkan energi terbarukan. Sekecil apa pun tindakan kita akan sangat membantu mengonservasi dan efisiensi energi.
Mulailah hemat energi dengan hemat air saat mandi dengan tidak mandi air hangat dan menggunakan shower. Ganti lampu pijar dengan lampu TL. Cabut kabel listrik peralatan elektronik dari sumber listrik dan matikan lampu sebelum tidur dan ketika tidak digunakan. Lebih baik pakaian dijemur daripada menggunakan pengering di mesin cuci. Manfaatnya terasa di akhir bulan ketika membayar tagihan listrik.
Ke kantor naik kendaraan umum atau sepeda. Jika tidak mungkin, upayakan berangkat bersama kawan lainnya di dalam satu mobil (carpooling), pastikan rute terdekat dari rumah ke kantor (ecodriving). Memanfaatkan cahaya alami untuk penerangan, pastikan suhu ruang berpendingin rata-rata 26 derajat Celsius, kenakan pakaian berbahan tipis dan tetap formal, matikan komputer dan lampu usai jam kerja, hemat kertas membantu hemat energi juga.
Mulailah mengonservasi energi dan efisiensi energi pada hari ini. Jangan ditunda lagi. Konservasi dan efisiensi energi bukan berarti membuat hidup ini menjadi tidak nyaman. Malah mengupayakan konservasi dan efisiensi membuat hidup lebih baik karena polusi berkurang, tubuh lebih sehat, hubungan sosial lebih baik, dan rekening listrik lebih rendah.